MUHITHUL ULUM

"Jadilah Kamu Orang yang Mengajarkan Ilmu atau Pencari Ilmu atau Pendengar dan Jangan Menjadi Orang yang ke Empat"


MUTLAK DAN MUQOYYAD

(المُطلَق والمقَيَّد)

DEFINISI MUTLAK (المطلق):

Mutlak (المطلق) secara bahasa adalah : (ضد المقيد) lawan dari Muqoyyad.

Dan secara istilah :

ما دل على الحقيقة بلا قيد
“Apa-apa yang menunjukkan atas hakikat tanpa ikatan”

Sebagaimana firman Alloh ta’ala :

فتحرير رقبة من قبل أن يتماسا
“Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur” (QS al-Mujadilah : 3)

Maka keluar dari perkataan kami : (ما دل على الحقيقة) “apa-apa yang menunjukkan atas hakikat”: umum (العام), karena umum menunjukkan atas keumuman, bukan mutlak hakikat saja.

Maka keluar dari perkataan kami : (بلا قيد) “tanpa ikatan” : Muqoyyad (المقيد).


DEFINISI MUQOYYAD (المقيد) :

Muqoyyad (المقيد) secara bahasa adalah : (ما جعل فيه قيد من بعير ونحوه) Apa yang dijadikan padanya suatu ikatan dari unta dan yang semisalnya.

Dan secara istilah :

ما دل على الحقيقة بقيد
“Apa-apa yang menunjukkan hakikat dengan ikatan”

Sebagaimana firman Alloh ta’ala :

فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ
“(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman” (QS an-Nisa’ : 92).

Maka keluar dari perkataan kami : (بقيد) “ikatan” : Mutlak (المطلق).


BERAMAL DENGAN NASH YANG MUTLAK :

Wajib beramal dengan nash yang mutlak berdasarkan kemutlakannya kecuali jika ada dalil yang men-taqyid-nya (mengikatnya), karena beramal dengan nash-nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah adalah wajib berdasarkan atas apa-apa yang menjadi konsekuensi penunjukkan-penunjukannya sampai ada dalil yang menyelisihi hal itu.

Jika terdapat nash yang mutlak dan nash yang muqoyyad, wajib mengikat nash yang mutlak tersebut dengan nash yang muqoyyad jika hukumnya satu (dalam satu permasalahan, pent), dan jika tidak, maka setiap nash diamalkan berdasarkan apa-apa yang ada padanya, dari mutlak atau muqoyyad.

Contoh yang hukum keduanya satu : firman Alloh ta’ala :

فتحرير رقبة من قبل أن يتماسا
“maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur” (QS al-Mujadalah : 3)

Dan firman Alloh dalam kafarot membunuh :

فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ
“(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman” (QS. an-Nisa’ : 92)

Contoh yang hukum keduanya tidak satu : Firman Alloh ta’ala :

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya” (QS. al-Ma’idah : 38).

Dan firman Alloh dalam ayat wudhu’ :

فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِق

“Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku” (QS. al-Ma’idah : 6)


Maka hukumnya berbeda, yang pertama memotong dan yang kedua membasuh, maka ayat yang pertama tidak bisa diikat dengan ayat yang kedua, bahkan tetap pada kemutlakannya, sehingga pemotongan adalah sampai pergelangan tangan dan membasuh sampai siku.


***

[Diterjemahkan dari kitab al-Ushul min 'Ilmil Ushul karya asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimin]

0 komentar: